Masalah? Cerai? Duda? Janda? Pertama kali kami mendengar kata 'single parent' rasanya kok otak kami otomatis langsung mengaitkannya dengan unsur-unsur negatif. Kami bukan orangtua tunggal, jadi kami tidak tahu apa sebenarnya yang dihadapi para orangtua tunggal. Kami hanya bisa berasumsi. Tapi begitu kami melihat salah satu bibi kami yang merupakan single parent, kami langsung terkagum-kagum.

Ya, tidak gampang memang untuk menjadi orangtua tunggal yang baik untuk anak-anaknya. Kami melihat bibi kami bekerja siang dan malam tanpa henti untuk mengurus semuanya dari A sampai Z. Siang dia bekerja mengurus bisnisnya di ruko, sore dan malam dia bekerja mengurus anak-anaknya. Tidak jarang pula kedua anaknya mengganggu saat bibi sedang berbicara dengan customernya, entah dengan mengajaknya bermain atau menangis karena berantem.
Tapi bibi mengaku bahwa dirinya masih beruntung bisa bekerja di ruko sambil mengawasi anak-anaknya bermain. Kalau single parent lainnya yang harus bekerja di kantor perusahaan pastilah lebih pusing karena harus memikirkan anak-anaknya di rumah (yang mungkin dijaga oleh kakek-nenek). Atau paling tidak mereka harus mengeluarkan biaya lagi untuk menyewa babysitter yang bagus. Bagaimana kalau babysitter-nya macam-macam? Atau bagaimana kalau ada kecelakaan yang harus ditangani dengan cepat?
Saya dan Vivi langsung geleng-geleng kepala memikirkan betapa luar biasanya para orangtua tunggal yang sanggup menjalani kesehariannya. Tanggal 21 Maret dinyatakan sebagai hari single parent di Amerika Serikat (Presiden Ronald Reagan yang mencanangkannya pertama kali pada tanggal 21 Maret 1984) untuk menghormati dan menghargai pengorbanan waktu dan tenaga yang dilakukan oleh para orangtua tunggal. Jadi, untuk para orangtua tunggal Indonesia, selamat hari Single Parent.
Kapan ya Indonesia punya hari Single Parent sendiri?
0 comments :
Posting Komentar