Home » , » Jarang-Jarang Ada Sopir Taksi Wanita

Jarang-Jarang Ada Sopir Taksi Wanita

Ini adalah cerita pengalaman saya pada tahun lalu menggunakan taksi yang dikemudikan oleh seorang wanita.

BlueBird. Nama yang tidak asing lagi kan? Seumur hidup saya tinggal, kerja dan mengelilingi Jabotabek bisa dibilang 95%-nya menggunakan taksi BlueBird sebagai alat transportasi (sisanya 5% menggunakan taksi lain karena . Tapi siang itu, sekitar pukul 14:00 WIB di Senayan City, baru pertama kalinya saya naik taksi yang dikemudikan oleh seorang wanita.

Awalnya sih saya tidak tahu. Setelah membuka pintu mobil belakang dan masuk ke dalam taksi, seperti biasa saya langsung mengatakan tujuan saya, "Ke Jakarta Design Center, mas."

"Di Gatot Subroto, Pak?" Tanya sang sopir.

Saya kaget. Kedengarannya kok bukan suara pria ya? Ternyata benar. Ternyata yang duduk dibelakang kemudi adalah seorang wanita cantik. Sayang saya tidak mencatat nama dan nomor taksinya karena waktu itu tidak terpikir untuk menulis artikelnya. Sekarang saya akan coba menceritakan ulang pengalaman itu sesuai dengan yang saya ingat. Tenang, saya sudah minum obat penguat ingatan.


Jarang-Jarang Ada Sopir Taksi Wanita | Orangtua.net


Dia belum lama bergabung dengan Bluebird katanya. "Belum satu bulan, pak."

"Oohh... Jarang-jarang ada sopir taksi wanita ya, mbak?"

"Bisa dibilang begitu, pak." Kata sang sopir sambil tersenyum.

Sepanjang jalan kami mengobrol santai. Tanpa mengurangi kewaspadaannya dalam mengendarai mobil, ternyata si mbak sopir sanggup membawa taksinya dengan mantap (isteri saya bisa belajar banyak sama si mbak ini, hehehe).

"Menurut mbak kenapa jarang ada sopir taksi wanita?"

"Mungkin karena takut kali ya, pak."

"Takut kenapa, mbak?"

"Takut sama laki-laki, hahaha!" Jawab si mbak sambil tertawa meledak. Saya bengong sebentar lalu saya ikutan tertawa untuk mengalahkan suara tertawanya si mbak yang menggelegar di dalam taksi. Secara perlahan, si mbak mulai menjelaskan dengan serius. Katanya tekanannya cukup tinggi, baik itu dari luar maupun dari dalam diri sendiri.

Tekanan dari luar misalnya; banyak yang merasa aneh dan menganggap bahwa menjadi sopir taksi sangat tidak cocok untuk wanita. Dari pihak keluarga sendiri banyak yang tidak setuju karena pekerjaan sopir taksi sangat berbahaya terutama saat malam tiba.

Sedangkan tekanan dari dalam misalnya; si mbak masih merasa 'nggak kerasan' saat sebagian besar rekan kerjanya adalah pria, masih merasa asing. Selalu berdoa supaya mobil taksinya tidak membandel saat di jalan dan tentunya merasa takut kalau ada penumpang yang minta diantar ke lingkungan-lingkungan yang terkenal rawan.

Akhirnya kami sudah sampai di Jakarta Design Center. Obrolan kami terpaksa berhenti. Saya bayar ke mbak sopir dan memberikan pesan terakhir sebelum berpisah; "Semoga mbak kerasan jadi sopir taksi. Kalau kita jujur, baik sama customer dan menjalankan kerjaan sebaik mungkin, Tuhan pasti akan mengerjakan bagianNya untuk kita."

Tumben saya bisa mengeluarkan kalimat yang bijaksana. :)

Perusahaan dengan logo "Burung Biru" ini merupakan perusahaan taksi pertama di Indonesia yang memperkerjakan pengemudi wanita karena BlueBird sudah memiliki tim manajemen yang profesional dan memandang wanita sebagai rekan kerja yang setara. Lah, wong pendirinya saja seorang wanita, yaitu Ibu Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono, SH. (kini almarhumah) dan sekarang yang menjadi Presiden Direkturnya juga seorang wanita, yaitu Ibu Noni Sri Ayati Purnomo.


SHARE

About Unknown

1 comments :